Apa Itu B2C
Daftar Isi:
1. Pengertian B2C
2. Pengertian B2C Menurut Para Ahli
3. Tipe-Tipe B2C
4. Karakteristik B2C
5. Tantangan yang Dihadapi B2C
6. Jenis-Jenis B2C
Pengertian B2C
B2C atau business to consumer adalah salah satu model penjualan yang paling populer. Kamu juga pasti pernah berhubungan langsung dengan perusahaan yang menerapkan B2C.
Model penjualan yang satu ini berkebalikan dengan B2B (business to business). Keduanya memiliki prinsip dan cara kerja yang sangat berbeda.
Sebenarnya, apa itu B2C dan mengapa banyak perusahaan menggunakannya?
Pengertian B2C
Ketika kamu pergi ke mal dan membeli suatu barang, di saat itulah kamu mendukung penerapan model B2C (business to consumer) perusahaan.
Apa itu B2C?
Menurut Investopedia, B2C adalah proses penjualan produk dan jasa secara langsung dari bisnis ke konsumen yang merupakan end user (pengguna akhir).
Adapun menurut TechTarget, B2C adalah model retail di mana produk berpindah langsung dari bisnis ke end user yang membeli produk atau jasa untuk penggunaan pribadi.
Jadi, tidak ada perantara antara perusahaan dengan pelanggan. Perusahaan menyalurkan produk atau jasanya langsung kepada pelanggan.
B2C sudah berkembang sejak lama. Jika kamu membeli pakaian di mal, makan di restoran, dan membeli sayur di pasar, hal tersebut dapat dikatakan sebagai B2C.
Bahkan, ketika kamu berobat ke rumah sakit dan menggunakan jasa ojek online, perusahaan sedang menerapkan B2C denganmu.
Seiring berkembangnya internet, B2C tidak sekadar bekerja secara tradisional. B2C juga berlaku pada sales produk secara online.
Perusahaan bisa membuat online shop untuk menjangkau pelanggannya langsung secara online. Bahkan, bisnis UMKM pun bisa menjalani B2C secara online.
Salah satu hal yang bisa dilakukan bisnis UMKM dengan B2C adalah berjualan lewat e-commerce.
E-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Amazon memberikan kesempatan bagi pelaku bisnis kecil dan menengah untuk turut menerapkan model penjualan B2C.
Nah jadi apa itu B2C sebenarnya? Singkatnya, business to consumer adalah bisnis yang melakukan pelayanan atau penjualan barang dan jasa kepada konsumen sebagai end-user.
Jadi, bisnis akan menjual barang atau jasa kepada individu atau grup secara langsung. Ini berarti konsumen tidak akan menjual kembali barang yang sudah dibeli ke pihak manapun.
Model bisnis B2C juga tidak memerlukan perantara apapun antara perusahaan dengan pelanggan. Misalnya, saat Anda membeli pakaian di mall dan membeli makan di restoran..
Business to consumer adalah salah satu bisnis penjualan yang paling sering Anda lihat sehari-hari. Mulai dari membeli makanan, jasa laundry, sampai periksa ke rumah sakit.
Nah berkat perkembangan internet yang pesat saat ini , model bisnis business to consumer juga bisa dilakukan secara online melalui platform eCommerce atau marketplace.
Pengertian B2C Menurut Para Ahli
Dilansir dari laman Investopedia, B2C adalah proses penjualan produk dan layanan secara langsung antara bisnis dan pelanggan yang merupakan pengguna akhir dari produk dan/atau jasa yang ditawarkan.
Sementara itu menurut Techtarget, B2C adalah sebuah model ritel dimana produk berpindah langsung dari bisnis ke pengguna akhir (pelanggan) yang telah melakukan pembelian produk dan/atau jasa untuk kegunaan pribadi.
Sederhananya, B2C adalah sebuah proses bisnis yang menjual langsung produk dan/atau jasa langsung ke pelanggan, tanpa adanya perantara. Istilah B2C berlaku untuk setiap transaksi bisnis dimana pelanggan secara langsung menerima produk dan/atau jasa.
Tipe-Tipe B2C
Pada dasarnya, terdapat lima tipe B2C yang dibagi menjadi beberapa kategori. Namun pada dasarnya konsep yang digunakan adalah sama, yaitu berhubungan langsung dengan pelanggan.
Penjelasan lengkap tentang tipe-tipe B2C adalah sebagai berikut:
1. Direct Seller
Tipe pertama dari B2C adalah direct seller atau penjual langsung. Tipe yang satu ini memungkinkan penjual melakukan penjualan langsung kepada pelanggan mereka dan sebaliknya. Contoh B2C dari tipe ini adalah ecommerce, toko ritel, toko offline, dan lainnya.
2. Online Intermediaries
Online intermediaries atau perantara online adalah perusahaan 'perantara' yang menghubungkan pembeli dan penjual tanpa memiliki produk dan/atau jasa sendiri. Contohnya seperti aplikasi yang menawarkan akomodasi untuk menginap, tiket perjalanan, tiket wisata, dan lainnya.
3. Advertising Based
Tipe B2C selanjutnya adalah advertising based atau berbasis iklan. Umumnya, perusahaan akan mengiklankan produk dan/atau jasanya di website atau platform yang memiliki traffic tinggi agar bisa mendorong banyak pengunjung melakukan arahan call to action yang diberikan.
Contoh B2C tipe ini adalah website atau platform yang memiliki banyak pengunjung, seperti Youtube, Instagram, dan sebagainya.
4. Community Based
Tipe lainnya dari B2C adalah community based atau berbasis komunitas. Dalam hal ini, perusahaan akan menggunakan komunitas online untuk membantu memasarkan produk dan/atau jasa langsung ke pelanggan.
Komunitas yang dipilih tidaklah sembarangan. Harus yang memiliki minat, ide, atau pendapat yang sama mengenai apa yang akan ditawarkan. Contohnya adalah komunitas online di sosial media.
5. Fee Based
Tipe terakhir dari B2C adalah fee based atau berbasis biaya. Umumnya, tipe ini mengharuskan pelanggan untuk berlangganan secara premium agar bisa mengakses konten tambahan atau konten spesial. Contoh B2C yang bisa Anda temukan adalah aplikasi streaming musik dan film.
Karakteristik B2C
Salah satu alasan mengapa model bisnis B2C sangat populer adalah karena mudah dipahami dan diterapkan. Misalnya, ketika Anda ditanya: "apa yang Anda jual?", maka Anda bisa dengan mudah menjawab "kami menjual pakaian kekinian yang ditujukan kepada kawula muda".
Perlu diketahui bahwa, pada model bisnis B2C, profil target pelanggan dapat dengan mudah dipahami karena perusahaan mengetahui siapa yang akan membeli produk mereka.
Hal ini karena persona pembeli dari model bisnis B2C sangat spesifik. Sehingga bisa membantu menentukan skala pasar Anda. Salah satu karakteristik B2C adalah siklus penjualan yang pendek.
Dimana pelanggan bisa mendapatkan produk dan/atau jasa yang mereka butuhkan dalam waktu cepat. Bahkan, dalam hal ini keputusan pembelian bisa saja berubah dalam waktu yang sangat cepat.
Karakteristik B2C selengkapnya antara lain:
1. Mudah dipahami.
2. Target pasar yang jelas.
3. Siklus penjualan yang pendek.
4. Adanya potensi untuk pembelian emosional dan impulsif.
5. Minim resiko dan biaya masuk yang lebih rendah.
6. Strategi pemasaran yang digunakan lebih beragam.
7. Dalam melakukan keputusan pembelian, pelanggan sangat peka atau sensitif terhadap harga yang ditawarkan
Hal yang perlu Anda perhatikan dari model bisnis B2C adalah strategi pemasaran yang digunakan haruslah fokus dan sesuai perilaku pelanggan.
Misalnya, karena Anda menjual pakaian kekinian dengan target pelanggan kawula muda, maka Anda harus memasang strategi Anda di sosial media atau platform lain yang memiliki perkumpulan kawula muda.
Tantangan yang Dihadapi B2C
Sama seperti bisnis lain pada umumnya, model bisnis B2C memiliki tantangannya tersendiri. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa, fokus dari B2C adalah pelanggan.
Namun fokus tersebut juga bisa menjadi tantangan bagi perusahaan B2C itu sendiri. Tanpa pelanggan, usaha tidak akan berjalan dengan lancar, Anda tidak bisa mengembangkan bisnis, dan masih banyak lagi masalah yang akan datang.
Belum lagi ditambah jika ada fenomena global seperti pandemi COVID-19 dua tahun lalu. Dimana banyak perusahaan B2C memilih untuk gulung tikar karena tidak adanya pelanggan.
Sederhananya, tantangan B2C adalah menjaga alur penjualan agar tetap stabil. Cara untuk mengatasinya adalah dengan menetapkan target pelanggan yang tepat agar bisa menjaga kestabilan alur penjualan.
Dalam hal ini Anda juga bisa membangun brand loyalty, agar pelanggan bisa tetap setiap pada brand Anda.
Tantangan lainnya dari B2C adalah kompetitor. Karena model bisnis ini populer, sudah pasti banyak kompetitor di pasar yang sama. Pada praktiknya, dapat dilihat bahwa ada banyak merek dan jenis dari satu produk di pasar.
Misalnya, minuman bersoda. Ada berapa banyak merek minuman bersoda yang Anda tahu? Maka dari itu, untuk mengakalinya Anda bisa menetapkan diferensiasi produk yang tepat.
Jenis-Jenis B2C
Penjualan B2C pada dasarnya dilakukan secara langsung. Namun, hal ini dibedakan menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis B2C adalah sebagai berikut.
1. Penjualan langsung
Tipe ini adalah jenis yang paling sering dilakukan oleh pelaku bisnis. Mereka akan menawarkan dan memasarkan produk secara langsung ke konsumen baik secara online maupun offline. Tipe ini sering disebut dengan istilah direct selling.
Kehadiran sosial media dan platform online lainnya saat ini menjadi tempat para seller untuk melakukan direct selling ke konsumen.
2. Perantara online
Tipe ini sedang ramai digunakan sejak munculnya toko-toko online seperti e-commerce dan marketplace. Pelaku bisnis meletakan barang atau jasa mereka di situs online dimana situs ini menjadi perantara antara penjual dengan pembeli.
Toko online akan mendapatkan fee dari pelaku bisnis sebagai biaya sewa tempat dan beriklan di toko tersebut. Beberapa contoh platform toko online yaitu Traveloka, Shopee, Blibli, Tokopedia, Tiket.com dan lainnya.
3. B2C berbasis iklan
Berbeda dengan model perantara online, tipe berikut hanya menampilkan iklan dalam situs online. Pemilik situs hanya menyediakan kolom untuk beriklan dan pengunjung yang tertarik akan mengklik iklan tersebut lalu dialihkan ke website atau toko online penjual. Jika trafik situs tinggi, maka semakin banyak peluang pengunjung untuk mengklik iklan itu.
4. B2C berbasis biaya
Tipe B2C berbasis biaya akan memberikan akses gratis kepada konsumennya namun dengan pembatasan akses atau penawaran terbatas. Jika ingin mendapatkan akses tanpa batas, pelanggan akan dikenakan biaya berlangganan atau biasa disebut dengan layanan subscribe.
Setelah masa langganan berakhir, konsumen harus membayar lagi untuk melanjutkan layanan subscribe. Salah satu contoh platform yang menggunakan tipe ini adalah Netflix.
5. B2C berbasis komunitas online
Komunitas online yang memiliki kesamaan minat juga dapat dimanfaatkan untuk memasarkan dan menjual produk. Pelaku bisnis dapat memanfaatkan beberapa platform jejaring sosial guna menargetkan pasar dan mendapatkan konsumen secara langsung sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Biasanya, produk atau jasa yang ditawarkan berhubungan dengan minat atau sesuatu yang dibutuhkan dalam komunitas tersebut. Contoh situs jejaring sosial yang umum digunakan adalah Kaskus, Twitter, Facebook, LinkedIn.
Dari semua penjelasan diatas, apakah Anda tertarik untuk membuka usaha B2C? Jika Anda masih ragu dan bingung, berikut beberapa tips membuka bisnis B2C yang bisa Anda lakukan.
1. Fokus Utama Pada Website atau Ecommerce
Tips pertama mengelola B2C adalah fokus pada website atau ecommerce yang Anda miliki. Di era digital seperti saat ini, website dan ecommerce sedang naik daun. Sehingga Anda bisa mencoba peluang di dua channel tersebut.
Buatlah website dan ecommerce Anda menjadi responsif, cepat, dan memiliki desain yang sesuai dengan branding bisnis Anda. Ketiga hal tersebut bisa membantu meningkatkan penjualan.
2. Berikan Pengalaman Pelanggan yang Menyenangkan
Customer experience atau pengalaman pelanggan saat berbelanja juga harus Anda perhatikan. Karena fokus utama B2C adalah pelanggan. Jika Anda memberikan user experience yang baik, maka hal ini akan meninggalkan kesan yang baik pula di benak pelanggan.
Bahkan dari hal ini, Anda bisa mendapatkan promosi gratis, berpotensi untuk melakukan pembelian ulang, dan tentunya mendatangkan pelanggan baru.
3. Optimalkan Strategi Pemasaran Konten
Selain website dan ecommerce, channel lain yang efektif untuk model bisnis B2C adalah sosial media. Maka dari itu, Anda bisa mengoptimalkan strategi pemasaran konten dengan memberikan konten edukasi kepada pelanggan.
Misalnya, konten yang mendeskripsikan mengenai manfaat, fitur, keunggulan, dan hal lainnya mengenai produk dan/atau jasa yang Anda tawarkan. Jangan lupa untuk memanfaatkan fitur iklan yang ada di setiap channel.
4. Berikan Customer Service Terbaik
Tips mengelola B2C berikutnya adalah memberikan customer service terbaik. Misalnya, seperti menyapa pelanggan, mengucapkan kata maaf, tolong, dan terima kasih, menyebut nama pelanggan saat berkomunikasi, cepat dan tanggap, dan masih banyak lagi.
5. USP dan Harga Bersaing
Hal yang perlu Anda perhatikan dalam model bisnis B2C adalah diferensiasi produk dan USP atau unique selling point. Hal ini bertujuan untuk membedakan produk Anda dengan kompetitor. Lalu jangan lupa juga untuk memberikan harga yang bersaing dengan kualitas produk yang sesuai.
6. Pahami Kebiasaan Pelanggan
Tips terakhir yang perlu Anda lakukan untuk mengelola B2C adalah memahami kebiasaan pelanggan. Cari tahu apa yang mereka butuhkan, harapkan, dan inginkan. Cari tahu juga bagaimana mereka menghabiskan uang dan waktunya, serta cara mereka berbelanja.
Tunggu Apalagi? Konsultasikan segera kebutuhan digitalisasi anda bersama www.wansolution.co.id
KONSULTASI GRATIS
(Admin)
0882-9037-8482 Cs1
0857-7612-5559 Cs2
0858-9165-8512 Cs3
0857-7612-5559 Cs2
0858-9165-8512 Cs3
Alamat Kantor:
CQCH+VMQ, Jl. Terapi Raya, RT.03/RW.19, Menteng, Kec. Bogor Bar., Kota Bogor, Jawa Barat 16111
Komentar
Posting Komentar