Mengenal B2C



Daftar Isi: 

1. Contoh B2C
2. Perbedaan B2B dan B2C
3. Tips Mengelola Bisnis B2C
4. Kelebihan B2C
5. Kekurangan B2C

Contoh B2C

1. Direct Selling

Contoh B2C di Indonesia pertama adalah tipe direct selling. Tipe ini memiliki karakter yang lekat dengan penjualan produk langsung kepada konsumen tanpa perantara. Bisnis yang dilakukan pun bisa berbagai macam, mulai dari produk kecantikan, perawatan tubuh, hingga furnitur rumah. Dalam ruang lingkup digital, biasanya para pebisnis B2C dengan tipe dircet selling memanfaatkan aset pribadinya untuk melakukan penjualan, seperti social media maupun website. Dari sini, para pembeli bisa langsung memilih kemudian melakukan transaksi untuk mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan. Sebut saja Rollover Reaction dan Dekoruma.

2. Online Intermediaries

Online intermediaries atau perantara online merupakan contoh B2C di Indonesia yang memanfaatkan platform online untuk terhubung dengan pembeli. Sebagai perantara dalam berjualan, online intermediaries B2C tidak benar-benar menjual barang atau jasa, melainkan hanya menjadi fasilitator transaksi penjual dan juga pembeli. Dalam dunia digital, penggiat B2C online intermediaries bisa disebut dengan marketplace. Penggiat bisnis online intermediaries sendiri biasanya mendapatkan keuntungan dari komisi penjualan pada website mereka. Contohnya adalah Traveloka, PegiPegi dan juga Booking.

3. Advertising-Based

Berbeda dengan online intermediaries, advertising-based adalah contoh B2C di Indonesia yang memiliki konten iklan berkualitas pada situsnya. Pemasukannya pun berasal dari traffic yang datang dari para pembeli saat mengunjungi situsnya, tetapi tipe B2C ini tidak menjadi perantara transaksi antar penjual dan pembeli. Penggiat B2C advertising-based hanya menampilkan iklan yang dipasang oleh penjual produk yang nantinya para konsumen akan tetap dialihkan ke halaman situs penjual tersebut. Peran advertising-based ini sendiri hanya menjadi situs untuk menayangkan iklan produk yang sedang dipromosikan oleh penjual.

4. Community-Based

Jika kamu punya hobi dan pernah bergabung dengan komunitas tertentu, pasti familiar dengan contoh B2C di Indonesia yang satu ini. Ya, community-based B2C merupakan tipe bisnis yang melakukan penjualan melalui komunitas tertentu. Misalnya dalam komunitas fotografi, sepeda maupun hobi lainnya, para penjual B2C community-bassed bisa langsung memasarkan produknya dan dapat diakses langsung oleh para anggotanya. Dalam dunia online, contoh community-based B2C ini juga bisa dilihat pada wesbite KasKus maupun Facebook.

5. Fee-Based

Berbeda dengan tipe-tipe B2C sebelumnya, fee-based B2C ini memiliki karakter subscription yang dilakukan oleh konusmennya. Dengan kata lain, untuk memperoleh penghasilan para pelaku bisnis B2C fee-based ini mengandalkan pelanggan yang membayar untuk mendapatkan full access. Sebagai contoh, Spotify dengan fitur premiumnya yang baru dapat diakses dari mana saja sambil mendengarkan lagu apapaun tanpa batas.


Perbedaan B2B dan B2C

Sebelum membahas perbedaan B2B dan B2C, mungkin bagi sebagian besar orang masih terasa asing dengan istilah ini. B2B atau Business to Business merupakan model bisnis yang menjual produk atau jasa ke bisnis atau perusahaan lain. Target B2B adalah perusahaan, bukan konsumen langsung. Dari sini saja sudah terlihat perbedaannya, bukan? Jadi, perbedaan B2B dan B2C adalah sebagai berikut:

1. Target Pasar

Perbedaan B2B dan B2C adalah dari target pasarnya. B2B akan lebih berfokus pada sektor industri, sehingga targetnya yaitu para pelaku bisnis. Sedangkan target pasar B2C adalah konsumen perorangan atau kelompok, baik pengguna maupun pelanggan.

2. Potensi pasar

Selanjutnya, perbedaan B2B dan B2C adalah potensi pasar. Pasar B2B lebih kecil dibandingkan dengan B2C. Pasar B2C sangat luas dan bahkan hampir tidak terbatas.

3. Barang & Jasa

Produk maupun jasa yang ditawarkan B2B bersifat spesifik yang dibutuhkan oleh pelaku bisnis atau perusahaan. Sedangkan, B2C adalah model bisnis yang memberikan banyak barang serupa ke para konsumennya.

4. Marketing

Strategi marketing antara B2B dan B2C juga berbeda. B2C adalah model bisnis yang dapat menawarkan potongan harga atau fasilitas promo lainnya. Marketing B2B lebih mengarah kepada solusi dan pengalaman customernya untuk menciptakan kepercayaan antar bisnis.

5. Keputusan Pembelian

Konsumen B2C memiliki banyak motivasi dalam memutuskan membeli barang tersebut atau tidak. Motivasi ini didasari oleh perasaan seperti keinginan mendapatkan harga yang lebih murah, barang terbaru, menyukai produk yang dijual dan sebagainya.

Hal tersebut tidak berlaku bagi konsumen B2B. Mereka cenderung memikirkan keuntungan dan alasan logis menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan. Selain itu, keputusan pembelian B2C hanya ditentukan oleh diri konsumen sendiri tetapi B2B lebih meminta pertimbangan banyak orang seperti atasan, bidang lain, dan lainnya.


Tips Mengelola Bisnis B2C

Dari semua penjelasan diatas, apakah Anda tertarik untuk membuka usaha B2C? Jika Anda masih ragu dan bingung, berikut beberapa tips membuka bisnis B2C yang bisa Anda lakukan.

1. Fokus Utama Pada Website atau Ecommerce

Tips pertama mengelola B2C adalah fokus pada website atau ecommerce yang Anda miliki. Di era digital seperti saat ini, website dan ecommerce sedang naik daun. Sehingga Anda bisa mencoba peluang di dua channel tersebut. Buatlah website dan ecommerce Anda menjadi responsif, cepat, dan memiliki desain yang sesuai dengan branding bisnis Anda. Ketiga hal tersebut bisa membantu meningkatkan penjualan.

2. Berikan Pengalaman Pelanggan yang Menyenangkan

Customer experience atau pengalaman pelanggan saat berbelanja juga harus Anda perhatikan. Karena fokus utama B2C adalah pelanggan. Jika Anda memberikan user experience yang baik, maka hal ini akan meninggalkan kesan yang baik pula di benak pelanggan. Bahkan dari hal ini, Anda bisa mendapatkan promosi gratis, berpotensi untuk melakukan pembelian ulang, dan tentunya mendatangkan pelanggan baru.

3. Optimalkan Strategi Pemasaran Konten

Selain website dan ecommerce, channel lain yang efektif untuk model bisnis B2C adalah sosial media. Maka dari itu, Anda bisa mengoptimalkan strategi pemasaran konten dengan memberikan konten edukasi kepada pelanggan. Misalnya, konten yang mendeskripsikan mengenai manfaat, fitur, keunggulan, dan hal lainnya mengenai produk dan/atau jasa yang Anda tawarkan. Jangan lupa untuk memanfaatkan fitur iklan yang ada di setiap channel.

4. Berikan Customer Service Terbaik

Tips mengelola B2C berikutnya adalah memberikan customer service terbaik. Misalnya, seperti menyapa pelanggan, mengucapkan kata maaf, tolong, dan terima kasih, menyebut nama pelanggan saat berkomunikasi, cepat dan tanggap, dan masih banyak lagi.

5. USP dan Harga Bersaing

Hal yang perlu Anda perhatikan dalam model bisnis B2C adalah diferensiasi produk dan USP atau unique selling point. Hal ini bertujuan untuk membedakan produk Anda dengan kompetitor. Lalu jangan lupa juga untuk memberikan harga yang bersaing dengan kualitas produk yang sesuai.

6. Pahami Kebiasaan Pelanggan

Tips terakhir yang perlu Anda lakukan untuk mengelola B2C adalah memahami kebiasaan pelanggan. Cari tahu apa yang mereka butuhkan, harapkan, dan inginkan. Cari tahu juga bagaimana mereka menghabiskan uang dan waktunya, serta cara mereka berbelanja.


Kelebihan B2C

Pasar serta konsumen yang luas menjadi salah satu kelebihan dari B2C. Tak hanya itu, bisnis model ini juga memiliki kelebihan lainnya. Kelebihan B2C adalah sebagai berikut.

1. Penjual dapat berkomunikasi langsung dengan konsumen

Ciri khas B2C adalah penjualan langsung. Tentunya hal ini membawa manfaat kepada pelaku bisnis untuk mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Penjual dapat berkomunikasi langsung dengan konsumen baik melalui fitur review, chat atau message sosial media. Begitu pula dengan pembeli yang bisa berkomunikasi langsung dengan penjual sehingga membantu penjual mengetahui secara pasti dan tepat apa yang dibutuhkan oleh mereka.

2. Produk dan layanan yang terbaik

Banyaknya produk atau layanan yang serupa membuat pelaku bisnis terus berinovasi dan bersaing memberikan yang terbaik untuk mempertahankan pelanggannya. Pelaku bisnis akan sangat memperhatikan kualitas produk, pengiriman hingga layanan untuk mendapatkan persepsi baik dari konsumennya. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi konsumen apabila apa yang didapatkannya sesuai dengan harapan dan ini juga akan berdampak pada kelangsungan bisnis penjual.

3. Informasi Database

Kelebihan B2C berikutnya yakni memiliki database pelanggan yang akan sangat bermanfaat dalam menyusun strategi pemasaran dan produk apa yang harus dikeluarkan. Database ini juga sangat berguna untuk kampanye mereka dalam mempromosikan produk. Selain itu, akan lebih mudah juga dalam menawarkan produk-produk mereka.

4. Efisiensi Biaya

Dengan adanya berbagai platform online, pemilik bisnis tidak perlu membangun atau menyewa tempat untuk menjual produk mereka. Penjual dapat memanfaatkan website, toko online, atau aplikasi online dengan biaya yang lebih murah. Selain itu, dengan adanya platform online ini mampu memotong rantai distribusi ke konsumen.

5. Pasar yang sangat luas

Penjualan produk B2C tidak terbatas hanya di dalam negeri tetapi juga bisa merambah ke pasar luar negeri, Sob. Sehingga pastinya akan semakin menambah potensi konsumen dan meningkatkan omzet penjualan. 

Kekurangan B2C

Nah, dari penjelasan tentang kelebihan B2C di atas, tak lengkap rasanya jika kita juga tidak membahas kekurangannya. Simak yuk, kekurangan B2C adalah sebagai berikut.

1. Persaingan yang ketat

Pernah mencari sepatu sneakers putih di e-commerce, Sob? Nah! Pasti kamu akan melihat segudang sepatu berwarna putih dengan harga murah sampai yang termahal, mulai dari merek ternama internasional hingga merek lokal. Seperti itulah gambaran kecil persaingan dalam B2C. Pelaku bisnis dapat menjual produk sama dan kualitas serupa dengan harga yang hampir sama. Luasnya pasar serta konsumen yang banyak juga terdapat persaingan kompetitif di dalamnya. Mau tidak mau, pelaku bisnis harus pintar membuat strategi untuk menjaga eksistensi usahanya di tengah persaingan ketat.

2. Keamanan

Komunikasi langsung yang terjadi antara penjual dengan pembeli tidak menjadi jaminan keamanan dalam bertransaksi, khususnya secara online. Produk atau jasa yang ditampilkan oleh penjual bisa saja tidak sama dengan barang aslinya. Oleh karena itu konsumen harus berhati-hati dan pintar melihat foto serta keterangan yang ditampilkan oleh penjual. Selain itu, potensi penipuan juga bisa terjadi. Bukan tidak mungkin setelah transaksi selesai, penjual tidak mengirimkan barangnya ke konsumen.

3. Infrastruktur

Pelaku bisnis harus menyediakan infrastruktur dalam memasarkan barang atau jasa miliknya. Mereka juga harus memikirkan bagaimana barang bisa sampai ke tangan konsumen, mengirimkannya dengan benar. Apalagi kalau bisnisnya sudah memasuki pasar global. Tentunya membutuhkan infrastruktur yang baik.


Tunggu Apalagi? Konsultasikan segera kebutuhan digitalisasi anda bersama www.wansolution.co.id 

KONSULTASI GRATIS 

(Admin)

0882-9037-8482 Cs1
0857-7612-5559 Cs2
0858-9165-8512 Cs3

Alamat Kantor:

CQCH+VMQ, Jl. Terapi Raya, RT.03/RW.19, Menteng, Kec. Bogor Bar., Kota Bogor, Jawa Barat 16111 

Komentar

Postingan populer dari blog ini