Mengenal Era Digital 5.0
Daftar Isi:
1. Sejarah Era Digital 5.0
2. Perbedaan Dengan Era Digital 4.0
3. Era Digital 5.0 Perlu diaplikasikan ke Dunia
Sejarah Era Digital 5.0
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam perkembangan era Society 5.0 yaitu untuk memajukan kualitas SDM. Karena itu diperlukan pendidikan mengenai kecakapan hidup abad 21 atau lebih dikenal dengan istilah 4C (Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration).
Sementara itu, pada abad ke - 21, pelajar diharapkan memiliki kompetensi yang disebut dengan kemampuan Enam Literasi Dasar. Literasi tersebut terbagi menjadi enam bagian, yaitu:
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mengembangkan pemahaman dan potensi. Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk bisa memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.
Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya. Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum.
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan, dan motivasi agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial. Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat.
Di Society 5.0 yang akan dihadapi nanti, tidak hanya dibutuhkan literasi dasar namun juga memiliki kompetensi lainnya yaitu mampu berpikir kritis, bernalar, kretatif, komunikatif, kolaboratif, dan memiliki kemampuan problem solving. Serta memiliki karakter yang mencerminkan pancasila yaitu, rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kepedulian sosial dan budaya. Masyarakat diharapkan mampu untuk menyelesaikan berbagai tantangan serta permasalahan sosial yang memanfaatkan inovasi-inovasi yang telah lahir di revolusi industri 4.0.
Peran sekolah dan tenaga pengajar turut berperan penting dalam society 5.0. Kegiatan pembelajaran tidak hanya berfokus pada satu sumber seperti buku, melainkan tenaga pendidik berkembang untuk menerima informasi dari berbagai sumber seperti internet dan media sosial. Terutama dalam masa pandemi kegiatan pembelajaran berlangsung melalui media daring dengan menggunakan berbagai macam aplikasi pendukung, seperti zoom, google classroom, google classmeeting, dan lain-lain. Penggunaan media aplikasi ini membutuhkan wawasan lebih dari para tenaga pendidik, untuk itu peran sekolah dan tenaga pengajar dalam society 5.0 yang berfokus pada tenaga kerja manusia sangat penting.
Pembelajaran selama pandemi juga dicanangkan dapat berlangsung secara hybrid learning atau blended learning. Hybrid learning sendiri merupakan metode pembelajaran yang menggabungkan kegiatan belajar online dan offline. Berlangsung ketika murid yang diberi izin orang tua datang ke sekolah secara bergantian, tetapi murid yang belajar dari rumah tetap mendapatkan pembelajaran secara online. Karena proses yang kompleks inilah dibutuhkan tenaga kerja dan pengajar yang berkualitas guna menumbuhkan pendidikan pada peserta didik untuk menyiapkan generasi society 5.0.
1. Tenaga Kerja yang Tidak Terserap dengan Efisien
Menurut perhitungan, Jepang saat ini memiliki penduduk dengan usia produktif sejumlah 77 juta jiwa, namun angka tersebut akan menyusut atau berkurang pada tahun 2050 sebesar 70% atau menjadi 53 juta jiwa. Usia produktif yang menurun pada tahun tersebut akan mengakibatkan Jepang kehilangan banyak pekerja aktifnya. Maka dari itu diperlukan suatu hal yang dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja tersebut.
Pada revolusi industri 4.0, permasalahan tersebut dijawab dengan memproduksi banyak teknologi canggih yang dapat menghasilkan banyak produk secara secara efisien. Namun timbul permasalahan baru bahwa dengan memproduksi banyak teknologi canggih tidak akan mampu menyerap banyak tenaga kerja, terlebih pada daerah yang teknologinya tidak memadai.
Maka dari itu Society 5.0 lahir untuk menjawab permasalahan tenaga kerja ini. Di mana konsep produksi akan terfokus pada manusia selaku penggerak utama yang didukung dengan teknologi maju. Dengan hal tersebut tenaga kerja yang diprediksi akan menyusut pada tahun 2050 akan teratasi dengan teknologi maju yang dapat menggantikan beberapa tugas menjadi lebih efisien, namun tanpa melepaskan tenaga manusia dengan menjadikan mereka sebagai penggerak utama dari teknologi tersebut.
2. Banyak Profesi yang Hilang Tergerus Zaman
Di dalam revolusi industri 4.0 banyak sekali pekerjaan yang hilang tergantikan oleh teknologi. Perusahaan besar maupun seorang produsen cenderung lebih memilih menggunakan mesin dikarenakan banyak faktor, seperti kecepatan produksi, pengurangan biaya jasa untuk manusia yang notabene lebih besar, serta ketepatan produksi. Jika dirangkum teknologi mungkin bisa menjadi solusi yang lebih efisien dalam pekerjaannya di suatu perusahaan atau suatu produksi.
Maka dari itu banyak sekali lapangan pekerjaan yang hilang tergantikan oleh teknologi, terutama pada pekerjaan kasar. Sama seperti poin sebelumnya dampak terbesarnya adalah tenaga kerja yang tidak terserap secara efisien atau menyebabkan pengangguran. Society 5.0 yang berusaha memfokuskan segala bentuk aktivitas kepada manusia menjadikan terciptanya lapangan kerja baru. Seperti pelayanan transportasi online yang sudah kita kenal saat ini, merupakan salah satu bentuk dari Society 5.0. Dimana teknologi hanyalah menjadi jembatan atau pendukung, sedangkan manusia menjadi subjek utamanya. Di dalam transportasi online teknologi berupa HP dan internet merupakan jembatan, sedangkan manusia lah yang menggerakkan sekaligus menentukan apa yang dia mau melalui teknologi tersebut.
3. Lingkungan yang terancam
Di dunia yang teknologinya serba maju tentu mesin bukanlah suatu hal yang yang asing lagi di telinga. Hal tersebut menyebabkan banyak orang yang menginginkan teknologi termutakhir ada di genggaman mereka. Tingginya permintaan akan teknologi tersebut juga berimbas pada produksi yang semakin banyak. Sayangnya tidak semua produsen memikirkan imbas dari produksi teknologinya kepada lingkungan. Banyak sekali kasus yang tersebar luas bahkan di sekitar kita mengenai terancamnya kelestarian lingkungan. Jika produksi yang tidak ramah lingkungan ini terus dilakukan, maka akibatnya akan berimbas kepada kita sebagai umat yang meninggali tanah tersebut. Banyak sekali bahaya mengancam mulai dari polusi udara, air, tanah dan lain-lain yang juga akan mempengaruhi kualitas hidup manusia
Konsep Society 5.0 mempercayai bahwa kinerja suatu perusahaan atau rumah produksi tidak hanya berpatokan pada ukuran keuangan saja, melainkan juga sejahteraan dari masyarakat serta pekerjanya. Dilihat dari hal tersebut, Konsep ini juga dapat menjadi suatu solusi untuk mengatasi keterancaman lingkungan kita. Contoh dari penerapan konsep Society 5.0 pada lingkungan adalah dengan mengedepankan produksi energi ramah lingkungan.
Perbedaan dengan Era Digital 4.0
Kemajuan teknologi yang dibuat oleh manusia seiring waktu semakin maju dan berkembang. Salah satunya ialah Society 5.0 yang digagas oleh negara Jepang. Konsep ini memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern seperti IoT, AI dan Robot untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman dan lebih efektif. Society 5.0 sendiri baru saja diresmikan 2 tahun yang lalu, pada 21 Januari 2019 dan dibuat sebagai resolusi atas resolusi industri 4.0.
Konsep Industri 4.0 dan Society 5.0 pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang jauh, akan tetapi konsep Society lebih focus pada konteks terhadap manusia. Jika revolusi industri menggunakan AI, dan kecerdasan buatan sebagai komponen utamanya sedangkan Society 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya.
Konsep Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep yang ada sebelumnya. Dimana seperti kita ketahui, Society 1.0 adalah pada saat manusia masih berada di era berburu dan mengenal tulisan, Society 2.0 adalah era pertanian dimana manusia sudah mengenal bercocok tanam, Society 3.0 : sudah memasuki era industry yaitu Ketika manusia sudah mulai menggunakan mesin untuk membantu aktivitas sehari-hari, Society 4.0: manusia sudah mengenal computer hingga internet dan Society 5.0 era dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri, internet bukan hanya digunakan untuk sekedar berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.
Dalam Society 5.0 dimana komponen utamanya adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi dikemudian hari. Memang rasanya sulit dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan karena saat ini Negara Jepang sudah membuktikannya sebagai Negara dengan teknologi yang paling maju.
Era Digital 5.0 Perlu diaplikasikan ke Dunia
Society 5.0 mencapai tingkat konvergensi yang tinggi antara dunia maya (virtual space) dan ruang fisik (real space). Pada society 4.0 sebelumnya, manusia akan mengakses layanan cloud (database) di dunia maya melalui Internet. Mereka akan mencari, mengambil, serta menganalisis informasi atau data yang ada. Sementara itu, di society 5.0, sejumlah besar informasi dari sensor di ruang fisik terakumulasi di dunia maya. Nantinya, data dalam jumlah besar (big data) ini akan dianalisis dengan kecerdasan buatan (AI). Kemudian hasil analisis dan pemrosesan data tersebut akan diumpankan kembali ke manusia di ruang fisik dalam berbagai bentuk.
Secara sederhana, society 4.0 adalah tentang mengumpulkan informasi melalui jaringan dan menganalisisnya. Namun, di Society 5.0, manusia dan sistem akan terhubung di dunia maya dan mendapatkan hasil maksimal dengan bantuan AI. Hasil tersebut kemudian akan diumpankan kembali ke ruang fisik (real space). Proses ini tentunya membawa nilai baru bagi industri dan masyarakat. Serta memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Baik dalam dunia industri, proses produksi, pengambilan keputusan dan forecasting, strategi marketing atau pemasaran, dan lain sebagainya.
Pengaruh konsep society 5.0 rupanya memberikan perubahan yang cukup signifikan saat negara Jepang menerapkannya. Sebab seiring pertumbuhan ekonomi, kehidupan masyarakat menjadi makmur dan nyaman. Permintaan energi dan bahan makanan juga turut meningkat, serta umur masyarakat menjadi lebih panjang. Sebelumnya, Jepang menghadapi berbagai masalah sosial seiring dengan globalisasi ekonomi yang maju. Mulai dari persaingan internasional yang parah, hingga kesenjangan sosial yang terus meningkat.
Di sinilah perlu adanya tindakan nyata untuk memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Akan tetapi, mencapai pembangunan ekonomi dan pemecahan masalah sosial pada saat yang sama terbukti sulit terealisasi dalam sistem sosial saat ini. Namun, hadirnya konsep masyarakat 5.0 pun memberikan dampak positif pada pemecahan masalah sosial sekaligus pembangunan ekonomi.
Dalam menghadapi perubahan besar di dunia dan transformasi digital, munculnya teknologi seperti AI, IoT, robotika, machine learning, hingga pengolahan data dapat memudahkan kehidupan manusia. Konsep ini membantu dalam peningkatan produksi dan pengurangan pengangguran, dukungan industrialisasi berkelanjutan, redistribusi kekayaan, hingga mengurangi ketimpangan sosial. Dengan begitu, society 5.0 dapat mewujudkan tercapainya pembangunan ekonomi dan solusi untuk masalah sosial secara paralel.
Komentar
Posting Komentar