1. Pengertian Design & Creative thinking
2. Proses Dalam Desgin Creative Thinking
3.Tahapan Dari Design Creative Thinking
4.Contoh Penerapan dari Design Creative Thinking
Di internet, kamu akan menemui banyak definisi mengenai
design thinking. Menurut “Interaction Design Foundation” misalnya, design
thinking disebut sebagai proses yang dilakukan secara berulang untuk memahami
pengguna, menantang asumsi, mendefnisikan ulang permasalahan, serta menciptakan
solusi.
Sedangkan “Career Foundry” mengatakan, design thinking
adalah sebuah ideologi maupun proses untuk memecahkan masalah kompleks yang
menitikberatkan kepentingan pengguna. Sederhananya, design thinking merupakan
pendekatan atau metode pemecahan masalah baik secara kognitif, kreatif, maupun
praktis untuk menjawab kebutuhan manusia sebagai pengguna.
Design thinking meliputi proses-proses seperti analisis
konteks, penemuan dan pembingkaian masalah, pembuatan ide dan solusi, berpikir
kreatif, membuat sketsa dan menggambar, membuat model dan membuat prototipe,
menguji dan mengevaluasi.
Inti dari design thinking meliputi kemampuan untuk:
Menyelesaikan masalah yang rumit.
Mengubah strategi menjadi solusi.
Menggunakan nalar abduktif dan produktif.
Menggunakan media pemodelan non-verbal, grafik atau spasial,
misalnya, membuat sketsa dan membuat purwarupa.
Design thinking memberikan ruang bagi kita untuk gagal.
Belajar dari kegagalan, kita harus memahami mengapa kita gagal dan mengapa kita
harus memperbaikinya. Pemikiran desain juga dikaitkan dengan resep untuk
inovasi produk dan layanan dalam konteks bisnis dan sosial. Beberapa resep ini
telah dikritik karena terlalu menyederhanakan proses desain dan meremehkan
peran pengetahuan dan keterampilan teknis.
John E. Arnold adalah salah satu penulis pertama yang
menggunakan istilah design thinking. Dalam “Creative Engineering” (1959) dia
membedakan empat bidang pemikiran desain. Menurut Arnold, pemikiran desain
dapat menghasilkan antara lain:
Fungsionalitas baru, yaitu solusi yang memenuhi kebutuhan
baru atau solusi yang memenuhi kebutuhan lama dengan cara yang sama sekali
baru.
Tingkat kinerja solusi yang lebih tinggi.
Menurunkan biaya produksi.
Peningkatan salabilitas.
Jadi, menurut konsep awal ini, design thinking mencakup
semua bentuk inovasi produk, termasuk terutama inovasi inkremental (kinerja
yang lebih tinggi) dan inovasi radikal (fungsionalitas baru). Arnold
merekomendasikan pendekatan yang seimbang: Pengembang produk harus mencari
peluang di keempat bidang pemikiran desain.
Meski memiliki banyak arti, ada empat karakteristik yang akan
selalu kamu temui dalam design thinking.
Berbasis Solusi atauPeople-Centered
Kepentingan manusia sebagai pengguna adalah fokus paling
utama dalam metode design thinking. Makanya, design thinking berperan
mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi manusia dan menjawab masalah
tersebut dengan solusi yang berguna dan efektif bagi mereka.
Dengan kata lain, design thinking sangat mengandalkan solusi
untuk menjawab kebutuhan tersebut. Pendekatan semacam ini akan menuntut
menuntut seseorang untuk memunculkan sesuatu yang konstruktif demi mengatasi
sebuah masalah.
Pemikiran berbasis solusi disimpulkan dalam penelitian Bryan
Lawson, Profesor Arsitektur di Universitas Sheffield yang membandingkan proses
pemecahan masalah oleh kelompok ilmuan vs kelompok desainer. Lawson mengatakan
bahwa kelompok ilmuwan cenderung mengidentifikasi masalah (problem-based),
sementara kelompok desainer lebih mengutakaman solusi masalah (solution-based).
Jadi, solution-based dilakukan secara eksperimental demi menemukan solusi yang
tepat.
Salah satu tahapan yang dilakukan dalam design thinking
adalah prototipe menuangkan ide menjadi produk nyata. Tahap ini memungkinkan
pengujian langsung dari tim desain terhadap produk setengah jadi. Karakteristik
hands-on tak akan ada pada bisnis yang tak menggunakan design thinking.
Misalnya dengan maraknya coffeeshop yang semakin menjamur di kota-kota besar.
Keberadaan coffeeshop dengan model bisnis dan penawaran yang
sama hanya akan membuat persaingan industri coffeeshop semakin ketat. Maraknya
coffeeshop juga tidak berusaha mempertanyakan masalah yang ada pada peminat
kopi. Sebagai hasilnya, tidak ada produk solutif yang dihasilkan.
Ada yang mengatakan kalau kreatif berarti dapat menciptakan
sesuatu yang baru. Ada pula yang berpendapat bahwa seseorang yang kreatif dapat
menghubungkan hal-hal yang tadinya tidak berhubungan. Kalau dilihat, intinya
sama saja, bahwa kreativitas menuntut kebaruan.
Karakteristik ini erat kaitannya dengan design thinking.
Memecahkan masalah dan menjawabnya dengan solusi memang tujuan utama dari
design thinking. Namun, solusi yang ditawarkan juga harus memperlihatkan konsep
yang segar demi menarik pengguna.
Kalau solusinya sudah ada sebelumnya, wajar bukan jika
pengguna tidak tertarik dengan tawaranmu?
Dilakukan SecaraBerulang atau Iterative
Design thinking selalu dimulai dengan mencari masalah.
Kenapa harus repot-repot mencari masalah? Ini karena perilaku dan keinginan
pengguna terus berubah. Tak hanya itu, faktanya, pengguna tak benar-benar tahu
apa yang diinginkan.
Itu dibuktikan oleh ungkapan Henry Ford, founder salah satu
perusahaan mobil terbesar di dunia, Ford. “Jika aku bertanya apa yang
diinginkan pengguna, mereka akan menjawab kuda yang lebih cepat,” katanya.
Meski pada akhirnya Ford tak menghasilkan kuda, setidaknya ia berhasil
menyumbang sesuatu yang lebih cepat bukan?
Pengguna tidak tahu bahwa yang kamu hasilkan akan berakhir
menjadi sesuatu yang mereka butuhkan setelah tampak di depan mata. Design
thinking ada untuk menjembatani kesenjangan ini. Ia akan digunakan
terus-menerus untuk menyodorkan keinginan tak tampak tersebut, sampai hasil
yang ada dapat menjawab apa yang benar-benar dibutuhkan pengguna.
Design thinking bukanlah istilah baru. Gagasan menggunakan
pendekatan desain untuk pemecahan masalah secara kreatif sudah lama
diperbincangkan para ahli sejak tahun 1960-an. Para ahli saling menyumbang
pemikirannya, sehingga terbentuklah konsep design thinking.
Ialah John E. Arnold yang pertama kali mengemukakan istilah
design thinking dalam bukunya “Creative Engineering” pada 1959. Kemudian, pada
1965, L. Bruce Archer menimpali gagasan tersebut dengan mengemukakan bahwa
design thinking perlu dilakukan secara sistematis.
Herbert Simon, seorang sosiolog sekaligus psikolog Amerika
menyumbang pemikirannya melalui artikelnya berjudul The Sciences of The
Artificial yang terbit pada 1969. Simon memperkenalkan 7 langkah menggunakan
desain sebagai pendekatan kreatif untuk problem-solving.
Intisari konsep Simon itulah yang kemudian mengilhami 5
tahapan design thinking yang dikenal umum saat ini. Konsep tersebut semakin
tenar setelah diterapkan David Kelley dan Tim Brown untuk perusahaan desain
yang mereka dirikan, IDEO. Mereka melihat perusahaan kurang kreatif menangani
kasus-kasus ekstrem yang menimpanya.
Kelima tahapan ini tidak harus berurutan, tetapi juga dapat
dilaksanakan secara non-linear. Artinya, dalam tahapan tertentu, kamu mungkin
saja menemukan sebuah insight yang membuatmu harus memperbaiki hasil di tahapan
lainnya.
Selain itu, kelima tahapan ini juga bisa dipindah/diganti
urutannya, atau dilakukan secara bersamaan, dan diulang beberapa kali untuk
membuka kesempatan solusi-solusi terbaik.
Empathize dalam design thinking adalah tahap paling awal
yang krusial. Meski kelima tahapan ini dapat dilakukan secara parallel, tetapi
kebanyakan project memulai dengan tahapan ini. Dalam tahap ini, kamu harus menaruh
empati untuk mengenal pengguna dan memahami keinginan, kebutuhan, dan tujuan
mereka. Tahap ini juga mengharuskan observer untuk meninggalkan sejenak
asumsinya terhadap pengguna dan mulai memahami mindset pengguna.
Untuk melepaskan diri dari asumsi, kamu bisa menanyakan apa
yang dilakukan pengguna (what), bagaimana dia melakukannya (how), dan mengapa
ia melakukannya (why). Ketiga pertanyaan tersebut akan membantumu melakukan
observasi yang objektif.
Agar dapat memahami pengguna dari sisi psikologis hingga
emosional, kamu bisa berinteraksi langsung dengan pengguna. Namun, saat ini,
sudah banyak cara yang bisa digunakan untuk memahami pengguna. Misalnya seperti
menganalisis feedback produk dan mengidentifikasi perilaku pengguna di media
sosial.
Setelah mengumpulkan data yang berkaitan dengan pengguna,
tugasmu selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Selanjutnya,
identifikasi masalah atau hambatan yang dialami pengguna. Tahapan define dalam
design thinking sendiri dilakukan untuk menyebutkan problem statement.
Dalam menamakan masalah, pastikan kamu menggunakan sudut
pandang pengguna, bukan menekankan aksi yang harus dilakukan perusahaan.
Misalnya, kamu menemukan bahwa terdapat kebutuhan cairan pelindung tangan untuk
melindungi diri dari virus Covid-19.
Dari situ, nyatakan masalah dengan “Masyarakat Indonesia
membutuhkan…” daripada “Perusahaan kita harus membuat…” Ini akan membantu
membedakan dengan jelas problem statement dan tidak membuat bingung perusahaan
terkait penyebutan masalah dengan solusi.
Bermodal pengetahuan keluhan pengguna dan problem statement
yang jelas, sekarang waktunya kamu menyusun ide-ide kreatif sebagai solusi
masalah. Di sinilah, proses kreatif dimulai. Nielsen Norman Group
mendefinisikan ideate sebagai proses menghasilkan serangkaian gagasan
berdasarkan topik tertentu, tanpa ada upaya untuk menilai atau mengevaluasinya.
Makanya, di sini, kamu bebas mengeksplorasi ide apa pun.
Namun, merumuskan ide-ide kreatif tidaklah mudah. Beberapa
ide akan dianggap menarik dan lainnya bisa jadi hanya akan berakhir di tempat
sampah. Oleh karena itu, di tahapan ini kamu dituntut untuk berpikir
out-of-the-box. Kalau kamu kesulitan melahirkan ide-ide cemerlang, kamu bisa
mengikuti beberapa metode ideation yang sering digunakan, seperti
brainstorming, mindmapping, hingga bodystorming (roleplay).
Setelah memilih ide paling jenius, kamu harus membuat
visualisasi dari idemu tersebut. Tahapan ini memang membutuhkan eksperimen
untuk mengubah ide menjadi sesuatu yang tampak. Prototype sendiri merupakan
produk belum jadi, simulasi, sample yang dapat mengevaluasi ide dan desain yang
sudah kamu rancang, misalnya seperti versi beta dalam pembuatan website.
Tahapan ini penting untuk menguji coba apakah produk yang digarap sejauh ini
sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.
Di tahap ini, solusi yang ditawarkan bisa jadi diterima,
diperbaiki, dirancang ulang, bahkan ditolak.maka dari itu, fungsi tahapan ini
memang untuk mempertanyakan ulang apakah produk yang ada sudah dapat menjawab
permasalahan pengguna.
Sesuai namanya, di tahap ini, kamu harus menguji prototype
kepada pengguna. Terkadang, testing bersifat opsional. Namun, menguji akan
memberikan keuntungan tersendiri, yaitu product review. Dari situ, kamu bisa
memaksimalkan kembali produk tersebut dari feedback dari pengguna.
Meski tahap ini berada di akhir, bukan berarti proses design
thinking telah selesai. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, design
thinking adalah metode non-linear. Proses testing bisa jadi memunculkan
kekurangan atau celah dari proses design thinking lainnya.
Kalau begitu, kamu harus memperbaiki hasil dari proses yang
rumpang. Misalnya, setelah dilakukan testing ternyata pengguna tidak terlalu
membutuhkannya. Bisa jadi, problem statement yang kamu rumuskan kurang tepat.
Maka, kamu harus mengulang kembali identifikasi masalah di tahapan define, lalu
menentukan kembali ide-ide sebagai solusi masalah.
Contoh Penerapan Design Thinking
Kali ini, kamu akan mengetahui kesuksesan Gojek dalam
menemukan masalah dan memberikan solusi menggunakan design thinking. Founder
Gojek, Nadiem Makarim resah saat banyak orang tak percaya ojek bisa menjadi
pekerjaan profesional.
Keraguan tersebut dijawabnya melalui penemuan inovatif
berupa aplikasi penghubung mitra ojek online dan penumpang dengan Gojek. Per
2020, Gojek telah mengumpulkan 38 juta pengguna aktif bulanan, menyabet gelar
unicorn pada Mei 2017, dan menjadi decacorn dua tahun setelahnya.
Berikut tahapan penemuan Gojek menggunakan design thinking.
Nadiem mengatakan bahwa sektor ojek sangat bernilai. Ini
berawal dari pengalaman pribadinya yang lebih memilih naik ojek dibanding
membawa mobil sendiri untuk menghindari kemacetan Jakarta. Nadiem mendapati
bahwa masyarakat juga merasakan keresahan yang sama dan membutuhkan tranportasi
alternatif.
Di sisi lain, karena sering naik ojek, Nadiem dapat memahami
seluk beluk perjuangan seorang ojek yang bekerja selama 14 jam sehari dan tidak
bertemu anak istri, tetapi hanya dapat 4 penumpang. Nadiem merasa prihatin
dengan nasib tukang ojek.
Nadiem berusaha menjawab permasalahan yang ada dengan
menekankan bahwa konsumen menghadapi masalah kemacetan setiap hari. Di sisi
lain, terdapat ketidakpastian penghasilan dari tukang ojek, bahkan setelah
bekerja berjam-jam dalam sehari.
Selain itu, Nadiem juga melihat, pada saat banyak ojek
tersedia, tidak banyak penumpang yang membutuhkan jasanya. Namun, saat
penumpang butuh, sang ojek tidak berada di tempat. Kata Nadiem, ini menyebabkan
inefisiensi pasar. Oleh karena itu, Nadiem merasa harus membuat terobosan baru
untuk mengakomodasi hal tersebut.
Potential problem statement: “Masyarakat butuh transportasi
alternatif untuk menghindari kemacetan Jakarta dan tukang ojek butuh kepastian
penghasilan (penumpang)”.
Bermodal keresahan masyarakat atas kemacetan Jakarta, nasib
tukang ojek, dan perumusan problem statement di atas, Nadiem merumuskan
beberapa solusi. Salah satunya dan yang akan menjadi dasar pembuatan produknya
saat ini, adalah dengan menciptakan sebuah penghubung antara kebutuhan
penumpang dan tukang ojek.
Pada 2010, Nadiem membuat sebuah call center untuk ojek
konvensional yang berjumlah 20 orang pengemudi. Setelah mendapat respons
positif dari masyarakat, barulah Gojek mengembangkan aplikasinya.
Pada 2015, Gojek merilis aplikasi Go-Ride untuk melihat respons masyarakat. Tak lama, pengemudi berbondong-bondong mendaftar, dari yang mulanya 20 orang menjadi 800 orang pada 2015. Gojek telah sukses menjadi penghubung mitra ojek online dengan customer yang membutuhkan transportasi alternatif untuk menghindari kemacetan Jakarta. Selain layanan utama tersebut, Gojek juga semakin mengembangkan bisnisnya pada layanan antar makanan, barang, pembelian barang, jasa kebersihan, dan lain-lain.
Komentar
Posting Komentar